Wednesday, June 10, 2009

Quo vadis, Juragan?

Salamnya Orang Indonesia [bagian Jawa mungkin juga bagian lainnya]


Sebenarnya saya bertanya-tanya, apa sih salam orang Indonesia waktu mereka saling bertemu? Benarkah “Selamat Pagi” dan kawan-kawannya itu. Setelah observasi di lapangan dan berbagai pengalaman ternyata BUKAN.
KESIMPULAN:
Salam orang Indonesia waktu mereka saling bertemu kita dalam perjalanan adalah:

“Dari mana?”
“Mau kemana?”

Dalam bahasa Jawapun demikian.

“Badhe tindak pundi?” Atau ngoko “Neng Endi?”
“Saking pundi?” Ngokonya “Seka
Endi?”


Jadi kebanyakan buku bahasa Indonesia dan Jawa untuk pembelajar asing itu kurang pas. Karena dalam bagian salam yang ditulis biasanya hanya “Selamat Pagi” dan yang sejenisnya. Sepertinya hanya ikut-ikutan buku pelajaran bahasa Inggris.

Nah, sebagai orang yang gemar sociolinguis-chic saya mengamati orang yang lalu lalang dan bertemu di jalan mereka tidak saling menyapa dengan “Selamat pagi” dan sejenisnya tetapi lebih menanyakan “Dari mana, mau ke mana”.

Orang Jawa di desa-desa lebih silly lagi. Sudah tahu pakai caping alias topi bambu dan bawa cangkul masih di Tanya:

“Tindak sabin Pakdhe?” (Mau ke sawah Paman?)


Sebenarnya bias dijawab:

“Apa kowe wuta?” (Apakah kamu buta?)

Karena jelas kan, orang yang bertopi bambu dan membawa cangkul itu pasti akan ke sawah, kok masih bertanya. Tapi sang petanipun tidak kalah absurdnya karena dia menjawab salam anak yang berseragam merah putih, yang membawa tas sekolah itu:

“Iya. Arep menyang sekolah, Le?” (Iya. Akan pergi ke sekolah, Nak?)


Benarkah orang Indonesia [bagian Jawa atau mungkin juga bagian lain] silly and stupid? Bagi yang tidak paham makna salam “Mau kemana?” akan berkata YA orang Indonesia stupid, silly, dan cuma basa-basi.

Saya punya pengalaman mengajar orang Amerika bahasa Indonesia. Suatu hari dia merasa tidak tahan dengan orang Indonesia dan berkata kepada saya.

“Indonesians are very very NOSY. They want to know everything…what I want to do and what I did. Even the doorman at the hotel, he ALWAYS asked me: ‘Mau ke mana?’ and ‘Dari mana?’ It’s none of his business.”


Ada yang menganggap salam “dari mana, mau ke mana” silly dan basa-basi karena sudah jelas. Ada yang menganggapnya sebagai nosy dan ikut campur.

Namun kalau kita selami, salam “dari mana, mau ke mana” mempunyai arti filosofi yang sangat dalam. Dalam bahasa Latin salam ini adalah “QUO VADIS” sebuah pertanyaan yang bisa menyadarkan seseorang tentang tujuan hidup, arah hidup.

Sebuah salam luar biasa yang saling menyadarkan, anak sekolah menyadarkan petani dan petani menyadarkan anak sekolah tentang tujuan hidupnya. Setiap hari orang bertemu di jalan mereka saling menyadarkan tujuan hidup mereka “Quo vadis, mau ke mana?”

Sejarahnya, sapaan inilah yang menyadarkan Petrus akan tujuan hidupnya. Waktu terjadi huru-hara di Roma, di mana orang-orang Kristen dibantai, Petrus mau ngacir menyelamatkan diri. Nah di jalan dia ketemu Yesus.

Petrus bertanya: Domine, quo vadis? (Juragan, mau ke mana nih?)
Yesus menjawab: Eo Romam iterum crucifigi. (Aku mau ke Roma untuk disalib lagi nih.)

Saling sapa inilah yang menyadarkan Petrus tujuan hidupnya.

Jadi, “Dari mana, mau ke mana?” itulah salam yang stupid, silly, nosy, dan basa-basi TETAPI bernilai filosofi yang sangat tinggi.

So, sekarang kita mau kemana? Quo vadis, juragan?




1 comment:

  1. Saya sedang belajar Sociolinguistics dan blog Anda sangat membantu. Saya senang membaca blog Anda. Terima kasih

    ReplyDelete