Friday, May 8, 2009

Sociolinguis-chic: Introduction (1)

Ouda Teda Ena
Sociolinguis-chic adalah istilah saya untuk sosiolinguistics. Mengapa harus diplesetkan ya? Saya kira bukan sekedar permainan kata supaya tidak membosankan tetapi juga memberi makna baru. Tetapi bukan sociolinguis-chick lho ya...

Chic adalah bahasa Perancis yang diadopsi ke bahasa Inggris yang artinya stylish alias keren tetapi kalau chick kan artinya anak ayam yang konotasinya kadang negatif, murahan atau penakut. Tapi bagi yang tidak suka linguistics karena dipikirnya membosankan mungkin istilah linguis-chick lebih tepat.

Menurut saya sosiolinguistics sangat chic, sangat keren. Kenapa? Lihat contoh-contoh social interactions dari Face Book berikut ini. Beberapa nama telah disamarkan demi alasan keamanan dan kenyamanan.


























Nah dari 8 contoh interaksi di FB tersebut ada berapa sapaan untuk saya? Ada berapa kata ganti untuk saya? Ada berapa bahasa yang dipakai? Kira-kira kenapa ya?

Nah giliran Anda, ada berapa sapaan untuk Anda? Adakah yang Anda sukai? Adakah sebutan yang Anda benci? Kenapa ya?

Itulah diantaranya tema-tema sociolinguis-chic. Chic kan? Area yang diutak-atik oleh sociolinguis-chic adalah bahasa yang dipakai dalam komunitas dan hubungannya dengan berbagai faktor sosial. Faktor sosial itu antara lain usia, gender, kelas sosial, ethnicity, komunitas, dan daerah. Sociolinguis-chic juga mengutak-atik hubungan bahasa dan power.

Coba lihat lagi contoh-contoh di atas. Forms of address atau sapaan untuk saya bermacam-macam. ESW menyapa saya dengan first name lengkap "Ouda" tapi RR, dalam contoh kedua menyapa saya dengan "Da" saja. Sedangkan AYS menyapa saya dengan "Om", AS dengan "Kang", VI dengan "Camerad", BB dengan "Dab", MY dengan "Pak", dan OAJ menyapa dengan "Mas". Bahkan FAP memanggil saya "Ndoro" sapaan honorific Jawa jaman feodal. Jadi dari sembilan contoh interaksi itu ada 9 forms of address yang berbeda-beda. Kenapa ya?

Perhatikan juga pemakaian pronoun atau kata gantinya. Ada "Kamu"; "You"; "Anda"; "Kowe"; dan "Sampeyan". Kenapa lagi ya?

Belum lagi campuran bahasa yang dipakai. Contoh pertama misalnya, mencampur tiga bahasa: Inggris, Indonesia, dan Jawa. Kenapa juga ya?

Mengasyikan memang mengutak-atik speech events atau peristiwa kebahasaan. Nah yang bagian pertama dan kedua nanti kita coba otak-atik di pakai teori politeness sedang bagian ketiga dilihat dengan mata code switch alias alih kode.

Untuk sementara waktu, pikir-pikir dulu Anda pernah disapa dengan sebutan apa saja dan kalau berbicara berapa bahasa yang Anda campur aduk. Kenapa ya? Es campur bahasa resepnya apa ya? Campurannya enak atau kadang jayus ya?

No comments:

Post a Comment